×

Iklan

Iklan

Hidup Terasa Berat Baca Tulisan ini

| Mei 07, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-07T12:45:12Z



Oleh: Yusdi Lastutiyanto*


Setiap manusia, dalam perjalanan hidupnya, pasti pernah bertanya: apa arti hidup ini? Pertanyaan ini bukan hanya milik filsuf atau pemikir besar, melainkan milik setiap individu yang pernah mengalami kehilangan, penderitaan, atau kekosongan makna. Salah satu tokoh yang menawarkan jawaban mendalam terhadap pertanyaan ini adalah Viktor E. Frankl, seorang psikiater asal Austria yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi.


*Siapa Viktor Frankl?*


Viktor Frankl bukan sekadar seorang dokter jiwa. Ia adalah penyintas Holocaust yang kehilangan hampir seluruh keluarganya dalam tragedi kemanusiaan tersebut. Pengalaman ekstrem di kamp konsentrasi, di mana manusia direndahkan hingga titik nadir, justru memperkuat keyakinannya bahwa hidup tetap memiliki makna, bahkan dalam penderitaan yang paling dalam sekalipun.


Melalui pengalaman hidupnya, Frankl mengembangkan logoterapi, sebuah pendekatan psikoterapi yang berfokus pada pencarian makna hidup. Baginya, manusia selalu memiliki kebebasan untuk memilih sikap terhadap situasi yang dihadapi, termasuk penderitaan yang tak bisa dihindari.


Kalimat Kunci: Mengapa dan Bagaimana


Salah satu kutipan Frankl yang paling terkenal berbunyi:


_"He who has a why to live can bear with almost any how."


"Siapa yang memiliki 'mengapa' untuk hidup, dapat menanggung hampir segala 'bagaimana'."


Artinya, ketika seseorang memiliki alasan atau tujuan yang kuat dalam hidup, maka segala bentuk kesulitan dan penderitaan bisa ditanggung dengan cara yang lebih bermakna. Dalam kamp konsentrasi, Frankl menyaksikan bahwa mereka yang masih memiliki harapan, entah untuk bertemu kembali dengan orang tercinta atau menyelesaikan karya penting,  memiliki kekuatan mental untuk bertahan, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara spiritual.


Tiga Sumber Makna Menurut Frankl


Frankl merumuskan bahwa makna hidup dapat ditemukan melalui tiga cara utama:


1. Melalui Karya atau Tindakan


Makna dapat muncul saat kita melakukan sesuatu yang bernilai, seperti bekerja, mencipta, atau menyelesaikan tugas yang penting bagi orang lain maupun diri sendiri.



2. Melalui Pengalaman dan Cinta


Ketika kita mencintai seseorang atau menikmati keindahan hidup secara mendalam, kita mengalami makna yang tak tergantikan.



3. Melalui Sikap terhadap Penderitaan


Bahkan ketika penderitaan tak bisa dihindari, kita tetap bisa memilih sikap kita terhadapnya. Dalam pilihan sikap inilah makna sering kali ditemukan.


Kebahagiaan: Efek Samping, Bukan Tujuan


Frankl juga menolak gagasan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang harus dikejar langsung. Menurutnya, kebahagiaan muncul sebagai efek samping dari keterlibatan kita yang tulus dalam tugas, cinta, atau cara kita menghadapi penderitaan. Dengan kata lain, kebahagiaan datang ketika kita hidup dengan penuh makna.


Menjawab Panggilan Hidup


Kita sering mengeluh tentang apa yang tidak diberikan hidup kepada kita. Padahal, mungkin yang perlu kita tanyakan adalah: apa yang sedang diminta hidup dari saya hari ini? Menemukan makna bukan tentang pencapaian besar, tapi tentang keberanian menjawab panggilan hidup, sekecil apa pun itu.


Frankl juga mengingatkan bahwa kebebasan sejati tidak lengkap tanpa tanggung jawab. Kita memang bebas memilih, tapi pertanyaannya adalah: apa yang akan kita lakukan dengan kebebasan itu?


Kesimpulan


Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa memilih sikap bahkan di situasi paling ekstrem. Di tengah penderitaan, kita masih bisa menemukan makna. Inilah kekuatan terdalam kita sebagai manusia. Maka di tengah dunia yang bergerak cepat dan kadang terasa kacau, mari kita berani memilih untuk hidup dengan makna, bukan sekadar bertahan.



Penutup


Viktor Frankl mengajarkan bahwa hidup bukan tentang menunggu semuanya menjadi mudah, tapi tentang memberi makna pada apa pun yang terjadi. Dan di situlah, manusia menemukan kemanusiaannya yang paling utuh.


Semoga catatan ini bisa membantu untuk merenungkan kembali tujuan hidup, dengan harapan agar kita lebih kuat dan sadar dalam menjalaninya



*Yusdi Lastutiyanto adalah Guru NLP di IHC




Editor: Abdul Chalim

×
Berita Terbaru Update