Notification

×

Iklan

Iklan

3 (Tiga) Loloan... Desa Islam Pertama di Bali Kabupaten Jembrana

| Januari 06, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-06T11:59:21Z
tegursapanews -  Tahap kedua masuknya Islam di Jembrana terjadi pada perempat akhir abad ke-18. Pada masa itu datang kedua kelompok pendatang baru. Kelompok pertama adalah para Mubaligh dengan pemimpin Haji Yasin dan Haji Shihabuddin (keduanya keturunan Bugis asal Buleleng, Singaraja). 


Tuan Lebai (orang Melayu dari Serawak), dan Datuk Guru Syekh (orang Arab). Mereka menetap di sungai air kuning dan berkata pencaharian dengan berkebun kelapa, mencari ikan, dan menjadi tabib. Kemahiran mereka menjadi tabib menumbuhkan simpati orang Bali. 

Kelompok kedua adalah armada Syarif Abdullah al-Qadry (Syarif tua), Panglima Angkatan Laut Kesultanan Pontianak. Pada tahun 1799 sultan Pontianak, Syarif Abdurrahman al-Qadri (Kakak kandung Syarif Abdullah al-Qadry), mengadakan perjanjian damai dengan Belanda. 

Namun, Syarif Abdullah al-Qadry menolak perjanjian itu. Dengan armadanya ia berlayar ke Timur Pontianak sambil mengadakan perlawanan terhadap Belanda. 

Ia berhasil melumpuhkan Belanda, hingga sampai ke Ternate. Kemudian karena kejaran Belanda ia berlayar ke arah barat lagi, hingga sampai di Jembrana. Atas izin Raja Jembrana, anak Agung Putu seloka, mereka berlabuh di sungai air kuning. 

Rombongan ini tiba ketika penduduk Jembrana sedang membangun kota Negara (sekarang menjadi sebuah kecamatan). Syarif Abdullah bersama anak buahnya yang berasal dari berbagai negeri (Pahang, Trenggano, Kedah, Johor, dan beberapa orang keturunan Arab) terus menyusuri sungai Ijo Gading menuju ke Syah Bandar (Teluk Bunter). 

Rombongan ini sangat mengagumi sungai Ijo Gading yang berkelok-kelok. Setiap kali mereka berkelok, mereka berteriak, "Liloan...! Liloan..!", yang dalam Bahasa Kalimantan berarti " kelokan". 

Dari sinilah lahir kata Loloan. Akhirnya Syarif Abdullah dan Rombongannya bermukim di sekitar kanan tebing dan kiri sungai Ijo Gading, yang disebut kampung Loloan. 

Tak lama kemudian dibangun benteng pertahanan di Loloan Timur yang di kenal dengan nama Benteng Fatimah, diambil dari nama putri Sultan Banjarmasin yang merupakan istri Syarif Abdullah. 

Bersambung..... 

Penyadur: Abdul Chalim

Kedinding Lor Kemuning 1/17A Surabaya. 
Surabaya 06 - Januari - 2024

×
Berita Terbaru Update